Senin, 17 Agustus 2009

Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Di Bulan Ramadlan Tanpa 'Udzur Syar'i

مَرَضٍ لَمْ يَقْضِ عنهُ صَوْمُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ". رواه الترمذي

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa mendapatkan rukhshoh (keringanan) dan juga tanpa adanya sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.at-Turmudziy)

عن أبي هُرَيْرَةَ قالَ: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم "مَنْ أفْطَرَ يَوْماً مِنْ رَمَضَانَ منْ غَيْرِ عِلَّةٍ ولا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ" . ذكره البخاري معلقا

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur) ataupun sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.al-Bukhariy secara Ta'liq)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur), maka tidak ada artinya puasa selama setahun hingga dia bertemu dengan Allah; jika Dia menghendaki, maka Dia akan mengampuninya dan bila Dia menghendaki, maka Dia akan menyiksanya." (Lihat, Fathul Bâriy, Jld.IV, h.161)


Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahiliy radliyallâhu 'anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, 'Tatkala aku sedang tidur, tiba-tiba datang dua orang kepadaku, lantas meraih kedua lengan atasku, kemudian membawaku pergi ke bukit yang terjal. Keduanya berkata, 'Naiklah.' Lalu aku berkata, 'Aku tak sanggup.' Keduanya berkata lagi, 'Kami akan membimbingmu supaya lancar.' Maka akupun naik hingga bilamana aku sudah berada di puncak gunung, tiba-tiba terdengar suara-suara melengking, maka akupun berkata, 'Suara-suara apa ini?.' Mereka bekata, 'Ini teriakan penghuni neraka.' Kemudian keduanya membawaku pergi, tiba-tiba aku sudah berada di tengah suatu kaum yang kondisinya bergelantungan pada urat keting (urat diatas tumit) mereka, sudut-sudut mulut (tulang rahang bawah) mereka terbelah sehingga mengucurkan darah.' Aku bertanya, 'Siapa mereka itu?.' mereka menjawab, 'Merekalah orang-orang yang berbuka (tidak berpuasa) sebelum dihalalkannya puasa mereka (sebelum waktu berbuka).' " . (HR.an-Nasa`iy, di dalam as-Sunan al-Kubro sebagaimana di dalam buku Tuhfatul Asyrâf, Jld.IV, h.166; Ibn Hibban di dalam kitab Zawâ`id-nya, No.1800; al-Hâkim, Jld.I, h.430 . Dan sanadnya adalah Shahîh. Lihat juga, Kitab Shahîh at-Targhîb wa at-Tarhîb, No.995, Jld.I, h.420)


Demikianlah gambaran yang amat mengenaskan dari azab yang kelak akan dialami oleh mereka-mereka yang melanggar kehormatan bulan suci Ramadlan dan mengejek syi'ar yang suci ini dengan tidak berpuasa di siang bolong secara terang-terangan. Sungguh, mereka akan digantung dari ujung kaki mereka layaknya binatang yang digantung saat akan disembelih dimana posisi kakinya diatas dan kepala di bawah. Ditambah lagi, sudut-sudut mulut mereka juga akan terbelah dan mengucurkan darah. Kondisi tersebut benar-benar menjadi gambaran yang sadis dan mengenaskan.
Apakah setelah itu, mereka yang telah berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, melanggar kehormatan bulan yang diberkahi ini, tidak mengindahkan kehormatan waktu dan hak Sang Khaliq dan menghancurkan rukun ke empat dari rukun Islam tanpa mau ambil peduli untuk apa mereka sebenarnya diciptakan tersebut, mau menjadikannya sebagai pelajaran berharga?


UCAPAN PARA ULAMA

Sementara para ulama menyatakan bahwa orang yang berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadlan tanpa 'udzur, maka dia telah melakukan salah satu dari perbuatan dosa besar (Kaba`ir).

Berikut beberapa ucapan para ulama:
1. Imam adz-Dzahabiy berkata, "Dosa besar ke-enam adalah orang yang berbuka pada akhir Ramadlan tanpa 'udzur.." (al-Kabâ`ir:49)

2. Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah berkata, "Bilamana orang yang muntah dianggap sebagai orang yang diterima 'udzurnya, maka apa yang dilakukannya adalah boleh hukumnya. Dengan begitu, dia termasuk kategori orang-orang sakit yang harus mengqadla puasa dan tidak termasuk pelaku dosa-dosa besar yang mereka itu berbuka (di bulan Ramadlan) tanpa 'udzur…" (Majmu' Fatawa:XXV/225)
3. al-Quffâl berkata, "…Dan barangsiapa yang berbuka di bulan Ramadlan selain karena jima' tanpa 'udzur, maka wajib baginya mengqadla dan menahan diri dari sisa harinya. Dalam hal ini, dia tidak membayar kaffarat (tebusan) namun dia dita'zir oleh penguasa (diberi sanksi yang pas menurut mashlahat yang dipandangnya). Ini adalah pendapat Imam Ahmad dan Daud azh-Zhahiriy…" (Hilyah al-Awliyâ`:III/198)
4. Syaikh Abu Bakar al-Jazâ`iriy sebagai yang dinukilnya dari Imam adz-Dzahabiy berkata, "…Sebagai yang sudah menjadi ketetapan bagi kaum Mukminin bahwa barangsiapa yang meningglkan puasa bulan Ramadlan bukan dikarenakan sakit atau 'udzur maka hal itu lebih jelek daripada pelaku zina dan penenggak khamar bahkan mereka meragukan keislamannya dan menganggapnya sebagai Zindiq atau penyeleweng…" (Risalah Ramadlan:66)

Seruan
Sesungguhnya orang-orang yang dengan terang-terangan berbuka (tidak berpuasa) di siang bolong pada bulan Ramadlan sementara kondisi mereka sangat sehat dan tidak ada 'udzur yang memberikan legitimasi pada mereka untuk tidak berpuasa adalah orang-orang yang sudah kehilangan rasa malu terhadap Allah dan rasa takut terhadap para hamba-Nya, otak-otak mereka telah dipenuhi oleh pembangkangan, hati mereka telah dipermainkan dan disentuh oleh syaithan dan gelimang dosa.
Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak berpuasa tersebut, berarti mereka telah menghancurkan salah satu dari rukun-rukun dien ini. Mereka adalah orang-orang yang fasiq, kurang iman dan rendah derajat. Kaum Muslimin akan memandang mereka dengan pandangan hina. Mereka termasuk para pelaku maksiat yang besar dan kelak di hari Kiamat, siksaan Allah Yang Maha Perkasa Lagi Kuasa telah menunggu mereka.

Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu, nau'ûdzu billâhi min dzâlik. Wallahu a'lam.

(Diambil dari buku ash-Syiyâm; Ahkâm Wa Adâb karya
Prof.Dr.Syaikh 'Abdullah ath-Thayyar, h.109-111)

Rabu, 04 Maret 2009

ENAK AJA NGOMONG!!

Ass..
Kini telah bermula sesi pengkuliahan, minggu pertama menjadikan para mahasiswa menganggap suatu minggu yang amat penting bagi mereka. Akan tetapi tidak begitu pada mahasiswa uin, karena bagi mereka adalah peluang amat berharga untuk memanjangkan minggu cuti, karena banyak hal yang bisa dilakukan pada hari tersebut bagi mengukir sejarah dalam kehidupan yang mungkin barangkali tidak bisa dibuat pada hari-hari lain. Sementara itu, mahasiswa telah diberi peluang dan telah ditetapkan oleh lembaga akademik bahwa tidak akan diberi masuk ujian jika yang melebihi 3 kali ponteng. Maka mahasiswa menganggap ini adalah suatu yang enteng. Kembali pada tajuk utama yang akan kita kasi tahu pada teman-teman. Hari ini merupakan hari pertama dalam kelas, anak-anak ushuluddin sekali lagi didedahkan dengan perkara yang amat baru untuk diterima, selama ini kita belajar mengikut al-qur'an dan sunnah, tapi disini, kita belajar mengenai ulama'-ulama' baru yang telah dianggap murtad atau keluar dari landasan. Belanda dan Iran suatu negara yang bebas dalam pemikiran so secara tidak langsung kita belajar dan mengkaji tentang metodologi dan pemikiran yang dibawa meraka. Walaupun kita tidak belajar dengan pak dosen yang mengeluarkan pemikiran itu, tapi sudah cukup pusing belajar dengan anak murid mereka kelahiran Mc Gill-Belanda. Ketika dosen membahas tentang ideology guru mereka iaitu Orientalis mengenai orang luar mengkaji islam dalam mata kuliah Kajian Orientalis Terhadap al-Qur'an Dan Hadits, kita terkejut bangat karena dosen berani meremehkan dosa pahala yang dianggap penting bagi seorang muslim. Karena dosa-lah yang boleh menyebabkan seseorang itu masuk neraka, apa mungkin mereka tidak takut akan neraka, waduhhh...enak aja bermain dengan dosa, bisa dianggap kafir kok..
Kesalahan dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan dan keagamaan termasuk bahaya lidah, bila kesalahan itu bersumber dari ketidaktahuan, Allah masih mungkin akan mengampuninya. Ungkapan pertama yang dilarang karena mengakibatkan syirik. Diriwayatkan bahwa seseorang berkata dihadapan Rasul Saw, “Allah menghendaki dan aku berkehendak” beliau bersabda, ”apakah kau hendak menyekutukan Allah? Yang berkehendak hanya Allah semata” Sementara itu, pada mata kuliah lain semesta lepas dosen itu juga yang mengajar tentang Pendekatan Modern Tafsir Qur'an. Hari pertama aja udah mengajar mengenai kosa kata arab bisa diubah menjadi makna lain berdasar metode yang di bawa oleh orang iran seperti Fazlur Rahman, Faris Essack, Hasan Hanafi dan lain-lain. Jika sudah makna yang ditukar menjadi makna lain yang tidak berlandaskan Ulama' Salaf, makanya semakin pening dan rusak agama islam. Sedangkan mereka juga berani mengkritik keperibadian dan kezuhudan ulama salaf apatah lagi untuk menentang mereka, cukup mudah dan enak bagi mereka untuk menghentam dengan lebih hebat karena mereka sudah tidak ada pedoman dan telah terpesong dari landasan Sunnah dan Jemaah.
Sekali lagi kita telah dibentangkan dengan mata kuliah lain iaitu Semiotik dan Hermeneutik, walaupun dosen lain iaitu kelahiran Indonesia tapi dosen ini juga lebih kurang dengan yang diatas, memang bagi mereka tidak biasa menapis percakapan mereka, karena lisan yang sudah biasa bercakap dengan perkara begitu, ya udah, makanya akan biasa menuturkan begitu. Apa mungkin dosen yang mengajar di Universitas Islam Negeri bisa mengungkapkan dan mempermainkan soal murtad. Seperti dikatakan oleh dosen Tafsir Hadis bapak F**** P*** "bilamana mengkaji tentang hermeneutik, maka kemungkinan kita akan terpengaruh dan bisa jadi murtad, nggak apa-apa kok jika murtad, asal berguna". Ewwahh..sebarangan aja ngomong kayak gitu, emang udah dijamin syurga?munafik?..memutar belitkan kata, makna dan agama. Karena itu, ada hadis menyebut bahwa Rasulullah bersabda "yang paling aku takuti menimpa kepada umatku ialah munafik yang pandai berbicara" insan yang bernama manusia memang tidak lepas dari dosa, kadangkala manusia sering lupa, sehingga sampai tahap mereka menganggap tiada kesalahan jika berbuat sesuatu perkara yang salah menurut al-Qur'an dan Sunnah. Sementara pintu taubat masih lagi terbuka luas bagi manusia, kita berharap agar kita semua dijauhkan dari dosa dan menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat..-belebab goreng.

Sabtu, 08 November 2008

Jangan Mengharap Supaya Jasamu Dikenang












أَنَا لاَ أَخْتَارُ تَقْبِيْلَ يَدٍ * قَطْعُهَا أَجْمَلُ مِنْ تِلْكَ الْقُبَلْ
إِنْ جَزَتْنِيْ فِيْ مَدِيْحِيْ صِرْتُ فِيْ * رِقِّهَا أَوْ لاَ فَيَكْفِيْنِيْ الْخَجَلْ

"Aku tidak mengharapkan supaya orang mencium tanganku, Kalau tangan ini dipotong maka rasanya lebih baik dari ciuman itu"

Bila jasaku telah dibalas maka aku menjadi hamba kepada balasan itu, atau sekurang-kurangnya aku sendiri sudah merasa malu"


keterangan :-

Ikhlas merupakan sifat terpuji yang sangat sudah untuk dicapai. Ramai orang yang rajin beramal tetapi sedikit orang yang ikhlas. Apabila sesuatu jasa ditaburkan di masyarakat, itu adalah suatu perkara yang biasa dilakukan orang. Perkara yang begitu sukar dalam perbuatan ialah ikhlas itu sendiri. Antara tanda-tanda ikhlas itu, seseorang itu beramal atau berkhidmat tanpa menunggu sebarang balasan dalam bentuk harta benda, pujian atau kedudukan di hati orang lain.

Kita menabur jasa bukan bertujuan supaya orang berterima kasih kepada kita atau supaya orang mencium tangan kita. Kita juga tidak mengharapkan supaya orang mengagungkan kita atau mendewakan kita. Kalau begitu sungguh rendah tujuan dan maksud kita dalam suatu amalan. Kita berbuat kebajikan supaya mendapat pahala di sisi Allah atau mendapat radhanya. Tidak lebih dari itu. Jadi, sekiranya manusia berterima kasih atau tidak itu bukan menjadi persoalan. Apakah jasa kita akan dibalas atau tidak, itu terserah. Usaha kita tidak bertambah dengan balasan manusia dan tidak pula berkurang dengan cercaan mereka. Perkara paling penting ialah kita melakukan sesuatu dengan ikhlas bagi mendapat keredhaan dan pahala dariNya.


Petikan dari kitab: Lamiyah Ibnil Ward

Warkah buat sahabatku...

" Janganlah engkau mengatakan dirimu sendiri sebagai orang suci,sesungguhnya allah lebih mengetahui siapa yang lebih bertaqwa."( An- Najm: 32)
Buat sahabatku-sahabatku KUDQI-UIN semoga kalian berada dalam keadaan sihat walafiat...
Tujuan saya menulis warkah ini adalah untuk mengingatkan diri saya dan pihak kalian atas kewujudan kita dimuka bumi Allah ini dan juga ingin membantu supaya persatuan yang dasarnya Al-Quran dan Sunnah tidak dipinggirkan..
Soalan pertama yang patut kita soalkan ialah siapa kah yang menciptakan kita?saya yakin jawapnya adalah Allah bukan selainnya.Begitu juga segala nikmat -nikmat yang lain seperti anggota badan ,akal fikiran, dan ilmu pengetahuan ialah adalah pinjaman pada allah.kalau mengikut lojik akal segalanya yang diberi pinjam pasti akan diambil balik oleh tuan nya,begitu jgk dengan akal dan ilmu.kalau begitu tidak wajar bagi kita yang berilmu ini berasa bangga dalam diri kita dengan menolak segala kelebihan dan kekurangan orang lain.
Wahai saudara2ku...
Saya tidak nafikan bahawa kalian telah dikurniakan oleh allah ilmu yang banyak ,akal yang sempurna tetapi apa yang berlaku sekarang dengan ilmu yang allah kurniakan,kalian seolah-olahtidak sedar dengan ilmu yang ada pada kalian semua.
Saya sekalu orang biasa cukup hormat dengan kalian

Buat mahasiswa KUDQI-UIN, teruskanlah dalam mempertahankan akidah dan keimanan yang selama ini kita perjuangkan.anggaplah kita adalah mata rantainya kalau ketika ini ia hancur saya tak akan teragak-agak meletakkan dosa di atas bahu sahabat- sahabat.Bagi pimpinan, jangan gentar dengan ujian ,kalian dilantik dengan keputusan syura bagi membawa kami kearah yang terbaik.Dalam perjuangan pasti ada ujian.
Salam Perjuangan.

Terjemahan Online 2kitab suci



Terjemahan Al-Quran online dalam pelbagai bahasa bukan lah perkara ganjil, tapi jika ada kamus terjemahan untuk dua kitab suci, mungkin ini perkara baru dan menatan buat kita umat Islam.

Baru-baru ini, Radio Nederland Wereldomroep bekerjasama dengan organisasi antara gereja Belanda, IKON, melancarkan program layanan online baru iaitu terjemahan bible dan Al-Quran sekaligus. Layanan ini dapat diakses dalam tiga bahasa: Belanda, Ingeris dan Arab dalam satu laman web.

Contohnya, ingin mencari kata “Isa” di dalam A-Quran dan Al-Kitab. Cukup dengan sekali klik dan ianya akan mengeluarkan hasil bersebelahan: di sebelah kiri versi Al-Kitab dan disebelah kanan Al-Quran. Begitu juga jika kita menaip kata kunci contohnya perempuan, hukum rejam atau apa sahaja, hasilnya akan ditampilkan seperti di atas, pencariannya begitu mudah dan cepat.

Walaupun nampak biasa, pencipta web ini telah menimbulkan rasa tidak selesa beberapa pengamat dari Barat dan sudah tentu ianya amat merisaukan kita. Projek ini menurut para pengritiknya, dianggap agak mengherankan, namun menurut pengasasnya, dibuat web ini kerana ada banyak persamaan antara kedua agama besar ini.

Khabarnya IKON akan mengembangkan web ini ke dalam berbagai bahasa lain, untuk masa terdekat adalah keperluan bahas Indonesia, Spanyol dan China.

Yang perlu kita sedari, penerjemah Al-Quran untuk web ini adalah Fred Leemhuis, merupakan seorang yang dikenal sebagai “pengkritik” Al-Quran. Nah, jika dalam penerjemahanya nanti ada yang disembunyikan dan diubah. Kita semua harap berhati-hati dan mengambil langkah yang sewajarnya untuk sama-sama membendung. Laman tersebut: http://www.bibleandkoran.net/search.php. Kami percaya masih banyak laman-laman seperti ini yang sedang menyerang untuk menyesatkan ummat Islam dan orang-orang yang mahu mendekati Islam pada hari ini. *Dipetik dari Suara Hidayah

Syeikh Abu Hassan as-Syazili

Nama lengkap Syeikh Abu Hasan As-Syazili ialah as-Syadzili Ali bin Abdillah bin Abdul-Jabbar, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampai pada Hasan bin Ali bin Abu Talib dan puteranya Fatimah al-Zahra', puteri Nabi s.a.w.

Syeikh Abu Hasan dilahirkan di Morocco tahun 593 H di desa yang bernama Ghimaroh di dekat kota Sabtah (dekat kota Thonjah sekarang).

Imam Syadzili dan kelimuan

Di kota kelahirannya itu Syadzili pertama kali menghafal Alquran dan menerima pelajaran ilmi-ilmu agama, termasuk mempelajari fikih madzhab Imam Malik. Beliau berhasil memperoleh ilmu yang bersumber pada Alquran dan Sunnah demikian juga ilmu yang bersumber dari akal yang jernih. Berkat ilmu yang dimilikinya, banyak para ulama yang berguru kepadanya. Sebagian mereka ada yang ingin menguji kepandaian Syekh Abu al-Hasan. Setelah diadakan dialog ilmiah akhirnya mereka mengakui bahwa beliau mempunyai ilmu yang luas, sehingga untuk menguras ilmunya seakan-akan merupakan hal yang cukup susah. Memang sebelum beliau menjalani ilmu thariqah, ia telah membekali dirinya dengan ilmu syariat yang memadahi.

Imam Syadzili dan Tariqah

Hijrah atau berkelana bisa jadi merupakan sarana paling efektif untuk menemukan jati diri. Tak terkecuali Imam Syadzili. Orang yang lebih dikenal sebagai sufi agung pendiri thariqah Syadziliyah ini juga menapaki masa hijrah dan berkelana.

Asal muasal beliau ingin mencari jalan thariqah adalah ketika masuk negara Tunis sufi besar ini ingin bertemu dengan para syekh yang ada di negeri itu. Di antara Syekh-syekh yang bisa membuat hatinya mantap dan berkenan adalah Syekh Abi Said al-Baji. Keistimewaan syekh ini adalah sebelum Abu al-Hasan berbicara mengutarakannya, dia telah mengetahui isi hatinya. Akhirnya Abu al-Hasan mantap bahwa dia adalah seorang wali. Selanjutnya dia berguru dan menimba ilmu darinya. Dari situ, mulailah Syekh Abu al-Hasan menekuni ilmu thariqah.

Beliau pernah berguru pada Syeikh Ibnu Basyisy dan kemudian mendirikan tarekat yang dikenal dengan Tariqat Syaziliyyah di Mesir.

Untuk menekuni tekad ini, beliau bertandang ke berbagai negara, baik negara kawasan timur maupun negara kawasan barat. Setiap derap langkahnya, hatinya selalu bertanya, "Di tempat mana aku bisa menjumpai seorang syekh (mursyid)?". Memang benar, seorang murid dalam langkahnya untuk sampai dekat kepada Allah itu bagaikan kapal yang mengarungi lautan luas. Apakah kapal tersebut bisa berjalan dengan baik tanpa seorang nahkoda (mursyid). Dan inilah yang dialami oleh syekh Abu al-Hasan.

Dalam pengembaraannya Imam Syadzili akhirnya sampai di Iraq, yaitu kawasan orang-orang sufi dan orang-orang shalih. Di Iraq beliau bertemu dengan Syekh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, yaitu syekh yang paling berkesan dalam hatinya dibandingkan dengan syekh di Iraq lainnya. Syekh Abu al-Fath berkata kepada Syekh Abu al-Hasan, "Hai Abu al-Hasan engkau ini mencari Wali Qutb di sini, padahal dia berada di negaramu? kembalilah, maka kamu akan menemukannya".

Akhirnya, beliau kembali lagi ke Maroko, dan bertemu dengan Syekh al-Shiddiq al-Qutb al-Ghauts Abi Muhammad Abdussalam bin Masyisy al-Syarif al-Hasani. Syekh tersebut tinggal di puncak gunung.

Sebelum menemuinya, beliau membersihkan badan (mandi) di bawah gunung dan beliau datang laksana orang hina dina dan penuh dosa. Sebelum beliau naik gunung ternyata Syekh Abdussalam telah turun menemuinya dan berkata, "Selamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar……". Begitu sambutan syekh tersebut sembari menuturkan nasabnya sampai Rasulullah SAW. Kemudia dia berkata, "Kamu datang kepadaku laksana orang yang hina dina dan merasa tidak mempunyai amal baik, maka bersamaku kamu akan memperoleh kekayaan dunia dan akhirat”.

Akhirnya beliau tinggal bersamanya untuk beberapa hari, sampai hatinya mendapatkan pancaran ilahi. Selama bersama Syekh Abdussalam, beliau melihat beberapa keramat yang dimilikinya. Pertemuan antara Syekh Abdussalam dan Syekh Abu al-Hasan benar-benar merupakan pertemuan antara mursyid dan murid, atau antara muwarrits dan waarits. Banyak sekali futuhat ilahiyyah yang diperoleh Syekh Abu al-Hasan dari guru agung ini.

Di antara wasiat Syekh Abdussalam kepada Syadzili adalah, "Pertajam penglihatan keimanan, maka kamu akan menemukan Allah pada setiap sesuatu".

Tentang nama Syadzili

Kalau dirunut nasab maupun tempat kelahiran syekh agung ini, tidak didapati sebuah nama yang memungkinkan ia dinamakan Syadzili. Dan memang, nama tersebut adalah nama yang dia peroleh dalam perjalanan ruhaniah.

Dalam hal ini Abul Hasan sendiri bercerita : "Ketika saya duduk di hadapan Syekh, di dalam ruang kecil, di sampingku ada anak kecil. Di dalam hatiku terbersit ingin tanya kepada Syekh tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata, "Wahai, Abu al–Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah berada dalam hatimu. Akhirnya Syekh tersenyum dan berkata, "Dia telah menjawab pertanyaanmu".


Selanjutnya Syekh Abdussalam memerintahkan Abu al-Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah tepatnya di daerah bernama Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili –padahal pada waktu itu Abu al-Hasan belum di kenal dengan nama tersebut-.

Sebelum berangkat Abu al-Hasan meminta wasiat kepada Syekh, kemudian dia berkata, "Ingatlah Allah, bersihkan lidah dan hatimu dari segala yang mengotori nama Allah, jagalah anggota badanmu dari maksiat, kerjakanlah amal wajib, maka kamu akan memperoleh derajat kewalian. Ingatlah akan kewajibanmu terhadap Alla
h, maka kamu akan memperoleh derajat orang yang wara'. Kemudian berdoalah kepada Allah dengan doa, "Allahumma arihnii min dzikrihim wa minal 'awaaridhi min qibalihim wanajjinii min syarrihim wa aghninii bi khairika 'an khairihim wa tawallanii bil khushuushiyyati min bainihim innaka 'alaa kulli syai'in qadiir".

Selanjutnya sesuai petunjuk tersebut, Syekh Abu al-Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia yang telah dikatakan kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniah kali ini dia banyak mendapat cobaan sebagaimana cobaan yang telah dialami oleh para wali-wali pilihan. Akan tetapi dengan cobaan tersebut justru semakin menambah tingkat keimanannya dan hatinya semakin jernih.

Sesampainya di Syadzilah, yaitu daerah dekat Tunis, dia bersama kawan-kawan dan muridnya menuju gua yang berada di Gunung Za'faran untuk munajat dan beribadah kepada Allah SWT. Selama beribadah di tempat tersebut salah satu muridnya mengetahui bahwa Syekh Abu al-Hasan banyak memiliki keramat dan tingkat ibadahnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi.

Pada akhir munajat-nya ada bisikan suara , "Wahai Abu al-Hasan turunlah dan bergaul-lah bersama orang-orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu, kemudian beliau berkata: "Ya Allah, mengapa Engkau perintahkan aku untuk bergaul bersama mereka, saya tidak mampu" kemudian dijawab: "Sudahlah, turun
Insya Allah kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari mereka" kemudian beliau berkata lagi: "Kalau aku bersama mereka, apakah aku nanti makan dari dirham mereka? Suara itu kembali menjawab : "Bekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizik dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib.

Dalam dialog ilahiyah ini, dia bertanya kepada Allah, kenapa dia dinamakan syadzili padahal dia bukan berasal dari syadzilah, kemudian Allah menjawab: "Aku tidak mnyebutmu dengan syadzili akan tetapi kamu adalah syadzdzuli, artinya orang yang mengasingkan untuk ber-khidmat dan mencintaiku”.

Imam Syadzili menyebarkan Tariqah Syadziliyah

Dialog ilahiyah yang sarat makna dan misi ini membuatnya semakin mantap menapaki dunia tasawuf. Tugas selanjutnya adalah bergaul bersama masyarakat, berbaur dengan kehidupan mereka, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Dan Tunis adalah tempat yang dituju wali agung ini.
Di Tunis Abul Hasan tinggal di Masjid al-Bilath. Di sekitar tempat tersebut banyak para ulama dan para sufi. Di antara mereka adalah karibnya yang bernama al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu al-Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah al-Shabuni.

Popularitas Syekh Abu al-Hasan semerbak harum di mana-mana. Aromanya sampai terdengar di telinga Qadhi al-Jama'ah Abu al-Qasim bin Barra'. Namun aroma ini perlahan membuatnya sesak dan gerah. Rasa iri dan hasud muncul di dalam hatinya. Dia berusaha memadamkan popularitas sufi agung ini. Dia melaporkan kepada Sultan Abi Zakaria, dengan tuduhan bahwa dia berasal dari golongan Fathimi.

Sultan meresponnya dengan mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu al-Hasan dan Qadhi Abul Qosim. Hadir di situ juga para pakar fiqh. Pertemuan tersebut untuk menguji seberapa kemampuan Syekh Abu al-Hasan.

Banyak pertanyaan yang dilontarkan demi menjatuhkan dan mempermalukan Abul Hasan di depan umum. Namun, sebagaimana kata-kata mutiara Imam Syafi'I, dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia. Dan nyatanya bukan kehinaan yang menimpa wali besar. Kemuliaan, keharuman nama justru semakin semerbak memenuhi berbagai lapisan masyarakat.
Qadhi Abul Qosim menjadi tersentak dan tertunduk malu. Bukan hanya karena jawaban-jawaban as-Syadzili yang tepat dan bisa menepis semua t
uduhan, tapi pengakuan Sultan bahwa Syekh Abu al-Hasan adalah termasuk pemuka para wali. Rasa iri dan dengki si Qadhi terhadap Syekh Abu al-Hasan semakin bertambah, kemudian dia berusaha membujuk Sultan dan berkata: "Jika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasana".

Ada pengakuan kebenaran dalam hati, ada juga kekhawatiran akan lengser dari singgasana. Sultan demi mementingkan urusan pribadi, menyuruh para ulama' fikih untuk keluar dari balairung dan menahan Syekh Abu al-Hasan untuk dipenjara dalam istana.
Kabar penahanan Syekh Abul Hasan mendorong salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Dengan penuh rasa prihatin si karib berkata, "Orang-o
rang membicarakanmu bahwa kamu telah melakukan ini dan itu". Sahabat tadi menangis di depan Syekh Abu al-Hasan lalu dengan percaya diri dan kemantapan yang tinggi, Syekh tersenyum manis dan berkata, "Demi Allah, andaikata aku tidak menggunakan adab syara' maka aku akan keluar dari sini –seraya mengisyaratkan dengan jarinya-. Setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding maka dinding tersebut langsung terbelah, kemudian Syekh berkata kepadaku: "Ambilkan aku satu teko air, sajadah dan sampaikan salamku kepada kawan-kawan. Katakan kepada mereka bahwa hanya sehari saja kita tidak bertemu dan ketika shalat maghrib nanti kita akan bertemu lagi".

Syeikh as-Syadzili tiba di Mesir

Tunis, kendatipun bisa dikatakan cikal bakal as-Syadzili menancapkan thariqah Syadziliyah namun itu bukan persinggahan terakhirnya. Dari Tunis, Syekh Abu al-Hasan menuju negara kawasan timur yaitu Iskandariah. Di sana dia bertemu dengan Syekh Abi al-Abbas al-Mursi. Pertemuan dua Syekh tadi memang benar-benar mencerminkan antara seorang mursyid dan murid.

Adapun sebab mengapa Syekh pindah ke Mesir, beliau sendiri mengatakan, "Aku bermimpi bertemu baginda Nabi, beliau bersabda padaku : "Hai Ali… pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut kepadaku”.

Di Iskandariah beliau menikah lalu dikarunia lima anak, tiga laki-laki, dan dua perempuan. Semasa di Mesir beliau sangat membawa banyak berkah. Di sana banyak ulama yang mengambil ilmu dari Syekh agung ini. Di antara mereka adalah hakim tenar Izzuddin bin Abdus-Salam, Ibnu Daqiq al-Iid , Al-hafidz al-Mundziri, Ibnu al-Hajib, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur, dan yang lain-lain di Madrasah al-Kamiliyyah yang terletak di jalan Al-muiz li Dinillah.

Karamah Imam Syadzili

Pada suatu ketika, Sultan Abi Zakaria dikejutkan dengan berita bahwa budak perempuan yang paling disenangi dan paling dibanggakan terserang penyakit langsung meninggal. Ketika mereka sedang sibuk memandikan budak itu untuk kemudian dishalati, mereka lupa bara api yang masih menyala di dalam gedung. Tanpa ampun bara api tadi melalap pakaian, perhiasan, harta kekayaan, karpet dan kekayaan lainnya yang tidak bisa terhitung nilainya.

Sembari merenung dan mengevaluasi kesalahan masa lalu, Sultan yang pernah menahan Syekh Syadzili karena hasudan qadhi Abul Qosim tersadar bahwa kejadian-kejadian ini karena sikap dia terhadap Syekh Abu al-Hasan. Dan demi melepaskan 'kutukan' ini saudara Sultan yang termasuk pengikut Syekh Abu al-Hasan meminta maaf kepada Syekh, atas perlakuan Sultan kepadanya. Cerita yang sama juga dialami Ibnu al-Barra. Ketika mati ia juga banyak mengalami cobaan baik harta maupun agamanya.

Di antara karomahnya adalah, Abul Hasan berkata, "Ketika dalam suatu perjalanan aku berkata, "Wahai Tuhanku, kapankah aku bisa menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu?, kemudian beliau mendengar suara , "Yaitu apabila kamu berpendapat tidak ada orang yang diberi nikmat oleh Allah kecuali hanya dirimu. Karena belum tahu maksud ungkapan itu aku bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimana saya bisa berpendapat seperti itu, padahal Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada para Nabi, ulama' dan para penguasa.

Suara itu berkata kepadaku, "Andaikata tidak ada para Nabi, maka kamu tidak akan mendapat petunjuk, andaikata tidak ada para ulama', maka kamu tidak akan menjadi orang yang taat dan andaikata tidak ada para penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah, semua itu nikmat yang Aku berikan untukmu".

Di antara karomah sudi agung ini adalah, ketika sebagian para pakar fiqh menentang Hizib Bahr, Syekh Syadzili berkata, "Demi Allah, saya mengambil hizib tersebut langsung dari Rasulullah saw harfan bi harfin (setiap huruf)".

Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau menerangkan bab zuhud. Beliau waktu itu memakai pakaian yang bagus. Ketika itu ada seorang miskin ikut dalam majlis tersebut dengan memakai pakaian yang jelek. Dalam hati si miskin berkata, "Bagaimana seorang Syekh menerangkan bab zuhud sedangkan dia memakai pakaian seperti ini?, sebenarnya sayalah orang yang zuhud di dunia".

Tiba-tiba Syekh berpaling ke arah si miskin dan berkata, "Pakaian kamu ini adalah pakaian untuk menarik simpatik orang lain. Dengan pakaianmu itu orang akan memanggilmu dengan panggilan orang miskin dan menaruh iba padamu. Sebaliknya pakaianku ini akan disebut orang lain dengan pakaian orang kaya dan terjaga dari meminta-minta".
Sadar akan kekhilafannya, si miskin tadi beranjak berlari menuju Syekh Syadzili seraya berkata, "Demi Allah, saya mengatakan tadi hanya dalam hatiku saja dan saya bertaubat kepada Allah, ampuni saya Syekh". Rupanya hati Syekh terharu dan memberikan pakaian yang bagus kepada si miskin itu dan menunjukkannya ke seorang guru yang bernama Ibnu ad Dahan. Kemudian syekh berkata, "Semoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu melalui hati orang-orang pilihan. Dan semoga hidupmu berkah dan mendapatkan khusnul khatimah".


Syeikh Syadzili Wafat

Syekh Abu al-Abbas al-Mursy, murid kesayangan dan penerus thariqah Syadziliyah mengatakan bahwa gurunya setiap tahun menunaikan ibdah haji, kemudian tinggal di kota suci mulai bulan Rajab sampai masa haji habis. Seusai ibadah haji beliau pergi berziarah ke makam Nabi SAW di Madinah. Pada musim haji yang terakhir yaitu tahun 656H, sepulang dari haji beliau memerintahkan muridnya untuk membawa kapak minyak wangi dan perangkat merawat jenazah lainnnya. Ketika muridnya bertanya untuk apa kesemuanya ini, beliau menjawab, "Di Jurang Humaistara (di propinsi Bahr al-Ahmar) akan terjadi kejadian yang pasti. maka di sanalah beliau meninggal.


Sheikh Fadhlullah As-Suhaimi : Ulama Pengasas PAS
Nama Sheikh Muhammad Fadhlullah as-Suhaimi sangat tidak asing di kalangan masyarakat Islam di negara ini, khususnya pada dekad 40-an hingga 60-an. Beliau bukan sahaja pendakwah yang terkemuka, tetapi juga pemimpin gerakan Islam yang amat berjasa di negara ini.

Sheikh Fadhlullah Suhaimi merupakan anak kepada Sheikh Muhammad Suhaimi, wali Allah yang dipercayai oleh pengikut Kumpulan Al-Arqam yang akan muncul sebagai Imam Mahdi. Sheikh Fadhlullah Suhaimi dilahirkan pada 1886 di Singapura dalam sebuah keluarga ulamak yang berketurunan Ba'lawi Bani Basyaiban yang berasal dari Hadhralmaut.

Keluarganya berpindah dari Tanah Arab ke India pada abad ke-10, kemudian ke Jawa, sebelum ke Singapura. Bapanya mempunyai murid yang ramai di Klang dan Singapura.

Selepas mendapat pendidikan asas daripada bapanya, Kiyai Agung Sheikh Muhammad bin Abdullah Suhaimi, beliau telah berangkat ke Makkah untuk mendalami ilmu agama. Menjelang Perang Dunia Pertama, Sheikh Fadhlullah Suhaimi sudah belajar di Universiti al-Azhar, Mesir.

Ketika di Mesir, beliau menjadi pengarang majalah "al-Ittihad", sekali gus pengurus kepada Syarikat Ittihidah dan Matba'ah Ittihad. Beliau menyiapkan karya pertamanya, "Pelajaran Tauhid" terbitan Matba'ah Ittihad pada 1914. Beliau kemudian kembali ke Singapura dan dilantik sebagai Mudir Madrasah as-Saqqaf pada 1916 sebelum berhijrah ke Jawa kerana membuka sekolah Arab di sana.

Selepas kembali ke Singapura beliau menerbitkan kitab-kitab agama dan menerbitkan majalah "Jasa" di Johor Bahru. Beliau juga mengasaskan Kulliyyah al-Attas di Johor Bahru atas dorongan Datuk Syed Hassan Ahmad al-Attas pada 1931. Pada 1937, beliau membuka Kulliyyah al-Firdaus yang mengajar tafsir dan fiqh di Singapura sehingga awal 1942 yang terhenti akibat Perang Jepun.

Selepas itu, Sheikh Fadhullah mengajar di Kota Bharu, Kelantan beberapa ketika pada zaman Jepun sehinggalah beliau dilantik sebagai Mudir Kulliyyah al-Lughah wa ad-Din, Pekan, Pahang pada 1955. Beliau juga pernah menjadi Imam di Masjid al-Ma'ruf, Singapura selain menjadi Ahli Majlis Mesyuarat Jabatan Agama Islam Johor. Pada 1936, beliau mengasaskan Madrasah al-Ma'rif al-Islamiyah di Ipoh Road, Singapura yang kemudian diwarisi oleh anaknya, Ustaz Taha Suhaimi.

Walaupun terlibat dalam dunia pendidikan di Singapura, Johor Bahru, Jawa, Kelantan dan Pahang; nama beliau mula menonjol dalam perdebatan Kaum Muda-Kaum Tua yang tercetus sebelum Perang Dunia Kedua lagi. Beliau yang mendukung fahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah bertentangan pendapat dengan Sheikh Hassan Ahmad atau terkenal sebagai Hassan Bandung yang dikatakan mendukung pemikiran Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim.

Melalui majalah "Pembela Islam" dan kitab Soal Jawab, Hassan Bandung melontarkan pemikiran-pemikiran baru Islam yang dianggap bertentangan dengan Kaum Tua. Sheikh Fadhlullah kemudian menghasilkan "Buah Kulliyyah al-Attas" untuk menjawab pemikiran Hassan Bandung.

Perdebatan berterusan ini membawa kepada cabaran oleh Hassan Bandung untuk berlawan pendapat melalui majalahnya, "Pembela Islam". Persoalan pegangan Ahli Sunnah, amalan bid'ah dan fahaman Kaum Muda kemudian dijelaskan secara bijaksana oleh Sheikh Fadhlullah sehingga ia dapat diselesaikan dengan baik. Walau bagaimanapun, Sheikh Fadhlullah dikatakan pernah berdebat dengan Hassan Bandung pada awal 1950 di Pulau Pinang. Beberapa pengikut Hassan Bandung yang terkenal seperti Sheikh Tahir Jalaluddin, Sheikh Abdullah Maghribi dan Sheikh Ibrahim Aqibi bergiat di Pulau Pinang, kerana itu perdebatan berlaku di sana.

Selain itu juga, beliau telah menghasilkan lebih 35 buah karya agama dalam pelbagai bidang seperti fiqh, tafsir, tauhid, sejarah, pemikiran Kaum Muda dan lain-lain, serta menterjemahkan kitab "al-Munjid" yang diterbitkan di Jakarta. Beliau juga dikatakan berjaya menghasilkan sebuah tafsir al-Quran. Tumpuan kegiatan dakwah beliau banyak terfokus kepada usaha-usaha membangunkn semula umat Islam seperti zaman kegemilangan dahulu. Beliau turut terlibat dalam gerakan tariqat kerana ayahnya sendiri adalah pengasas Aurad Muhammadiyah yang terkenal itu.

Gelaran yang diberikan oleh muridnya, Pehin Mufti Haji Ismail al-'Allamah al-Murabbi al-Khabir wal Khathibul Qadir wad Da`ie al-Basyir ila Allah s.w.t. asy-Syaikh Muhammad Fadhlullah ibn asy-Syaikh Muhammad as-Suhaimi menggambarkan keluasan ilmunya.

Dalam bidang politik, Sheikh Fadhlullah mula terlibat secara langsung ketika berada di Kelantan kerana kebanyakkan muridnya terlibat dalam politik. Antara muridnya yang terkenal di Kelantan ialah Ustaz Wan Sulaiman Ibrahim yang pernah belajar di Kulliyyah al-Attas sebelum menjadi wakil rakyat PAS semenjak 1959. Sheikh Fadhlullah juga beberapa kali mewakili umat Islam di Kelantan dalam persidangan-persidangan politik Melayu di Kuala Lumpur sekitar selepas Perang Dunia Kedua.

Di Singapura, beliau juga terlibat dalam beberapa pertubuhan Islam. Ketika gerakan kemerdekaan mulai memuncak, nama Sheikh Fadhlullah mulai terkenal sebagai seorang ulama yang aktif dalam gerakan antipenjajah.

Semasa para ulama bersidang di Muar atas anjuran Umno, Sheikh Fadhlullah telah hadir mewakili umat Islam Singapura walaupun beliau bukan ahli Umno. Dalam Persidangan Alim Ulama Malaya Kedua di Kuala Lumpur pada 23 Ogos 1951 yang telah berjaya menubuhkan PAS, Sheikh Fadhlullah memainkan peranan penting ke arah menjayakan usaha menubuhkan parti politik Islam ini.

Walaupun tidak memegang apa-apa jawatan dalam PAS ketika itu, nama Sheikh Fadhlullah telah diputuskan oleh persidangan tersebut sebagai salah seorang daripada lima ulama yang akan mengemukakan rayuan kepada Raja-raja Melayu untuk membolehkan sebuah pertubuhan ulama diasaskan, sekali gus menyelaraskan jabatan-jabatan agama di seluruh negara.

Walaupun nama beliau tidak muncul dalam kepemimpinan PAS selepas itu, tetapi beliau merupakan tenaga penting dalam meluaskan pengaruh PAS di Singapura pada awal 1950-an. Faktor kedudukan beliau sebagai Mudir Kulliyyah al-Lughah wa ad-Din di Pahang menghalang kegiatan politik beliau, tetapi anak beliau, Ustaz Taha Suhaimi telah menjadi pemimpin utama PAS Singapura sehingga 1965.

Murid-murid beliau juga sama ada di Singapura, Johor, Pahang dan Kelantan kebanyakannya menjadi pendukung perjuangan PAS di seluruh negara. Sheikh Fadhlullah Suhaimi yang uzur kerana tua telah meninggal dunia di Singapura pada 16 Ogos 1964 dalam usia 78 tahun. Dua anaknya yang terkenal ialah Ustaz Taha Suhaimi, Pesuruhjaya PAS Singapura dan Ustaz Kamil Suhaimi.

p/s: Saya cukup kagum dengan seorang tokoh ulama' ini, artikel ini telah di copy paste dari Harakah Daily. Apa yang membuatkan saya kagum sekali dengan beliau, ialah beliau pernah menjadi Mudir di Kuliyyah Sultan Abu Bakar, Pekan iaitu tempat saya menimba ilmu selama setahun. Semoga usaha beliau mengembangkan dakwah menjadi contoh teladan kepada kita dalam menghadapi kemelut ummat hari ini. Wallahu A'lam.