Senin, 17 Agustus 2009

Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Di Bulan Ramadlan Tanpa 'Udzur Syar'i

مَرَضٍ لَمْ يَقْضِ عنهُ صَوْمُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ". رواه الترمذي

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa mendapatkan rukhshoh (keringanan) dan juga tanpa adanya sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.at-Turmudziy)

عن أبي هُرَيْرَةَ قالَ: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم "مَنْ أفْطَرَ يَوْماً مِنْ رَمَضَانَ منْ غَيْرِ عِلَّةٍ ولا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ" . ذكره البخاري معلقا

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur) ataupun sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.al-Bukhariy secara Ta'liq)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur), maka tidak ada artinya puasa selama setahun hingga dia bertemu dengan Allah; jika Dia menghendaki, maka Dia akan mengampuninya dan bila Dia menghendaki, maka Dia akan menyiksanya." (Lihat, Fathul Bâriy, Jld.IV, h.161)


Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahiliy radliyallâhu 'anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, 'Tatkala aku sedang tidur, tiba-tiba datang dua orang kepadaku, lantas meraih kedua lengan atasku, kemudian membawaku pergi ke bukit yang terjal. Keduanya berkata, 'Naiklah.' Lalu aku berkata, 'Aku tak sanggup.' Keduanya berkata lagi, 'Kami akan membimbingmu supaya lancar.' Maka akupun naik hingga bilamana aku sudah berada di puncak gunung, tiba-tiba terdengar suara-suara melengking, maka akupun berkata, 'Suara-suara apa ini?.' Mereka bekata, 'Ini teriakan penghuni neraka.' Kemudian keduanya membawaku pergi, tiba-tiba aku sudah berada di tengah suatu kaum yang kondisinya bergelantungan pada urat keting (urat diatas tumit) mereka, sudut-sudut mulut (tulang rahang bawah) mereka terbelah sehingga mengucurkan darah.' Aku bertanya, 'Siapa mereka itu?.' mereka menjawab, 'Merekalah orang-orang yang berbuka (tidak berpuasa) sebelum dihalalkannya puasa mereka (sebelum waktu berbuka).' " . (HR.an-Nasa`iy, di dalam as-Sunan al-Kubro sebagaimana di dalam buku Tuhfatul Asyrâf, Jld.IV, h.166; Ibn Hibban di dalam kitab Zawâ`id-nya, No.1800; al-Hâkim, Jld.I, h.430 . Dan sanadnya adalah Shahîh. Lihat juga, Kitab Shahîh at-Targhîb wa at-Tarhîb, No.995, Jld.I, h.420)


Demikianlah gambaran yang amat mengenaskan dari azab yang kelak akan dialami oleh mereka-mereka yang melanggar kehormatan bulan suci Ramadlan dan mengejek syi'ar yang suci ini dengan tidak berpuasa di siang bolong secara terang-terangan. Sungguh, mereka akan digantung dari ujung kaki mereka layaknya binatang yang digantung saat akan disembelih dimana posisi kakinya diatas dan kepala di bawah. Ditambah lagi, sudut-sudut mulut mereka juga akan terbelah dan mengucurkan darah. Kondisi tersebut benar-benar menjadi gambaran yang sadis dan mengenaskan.
Apakah setelah itu, mereka yang telah berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, melanggar kehormatan bulan yang diberkahi ini, tidak mengindahkan kehormatan waktu dan hak Sang Khaliq dan menghancurkan rukun ke empat dari rukun Islam tanpa mau ambil peduli untuk apa mereka sebenarnya diciptakan tersebut, mau menjadikannya sebagai pelajaran berharga?


UCAPAN PARA ULAMA

Sementara para ulama menyatakan bahwa orang yang berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadlan tanpa 'udzur, maka dia telah melakukan salah satu dari perbuatan dosa besar (Kaba`ir).

Berikut beberapa ucapan para ulama:
1. Imam adz-Dzahabiy berkata, "Dosa besar ke-enam adalah orang yang berbuka pada akhir Ramadlan tanpa 'udzur.." (al-Kabâ`ir:49)

2. Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah berkata, "Bilamana orang yang muntah dianggap sebagai orang yang diterima 'udzurnya, maka apa yang dilakukannya adalah boleh hukumnya. Dengan begitu, dia termasuk kategori orang-orang sakit yang harus mengqadla puasa dan tidak termasuk pelaku dosa-dosa besar yang mereka itu berbuka (di bulan Ramadlan) tanpa 'udzur…" (Majmu' Fatawa:XXV/225)
3. al-Quffâl berkata, "…Dan barangsiapa yang berbuka di bulan Ramadlan selain karena jima' tanpa 'udzur, maka wajib baginya mengqadla dan menahan diri dari sisa harinya. Dalam hal ini, dia tidak membayar kaffarat (tebusan) namun dia dita'zir oleh penguasa (diberi sanksi yang pas menurut mashlahat yang dipandangnya). Ini adalah pendapat Imam Ahmad dan Daud azh-Zhahiriy…" (Hilyah al-Awliyâ`:III/198)
4. Syaikh Abu Bakar al-Jazâ`iriy sebagai yang dinukilnya dari Imam adz-Dzahabiy berkata, "…Sebagai yang sudah menjadi ketetapan bagi kaum Mukminin bahwa barangsiapa yang meningglkan puasa bulan Ramadlan bukan dikarenakan sakit atau 'udzur maka hal itu lebih jelek daripada pelaku zina dan penenggak khamar bahkan mereka meragukan keislamannya dan menganggapnya sebagai Zindiq atau penyeleweng…" (Risalah Ramadlan:66)

Seruan
Sesungguhnya orang-orang yang dengan terang-terangan berbuka (tidak berpuasa) di siang bolong pada bulan Ramadlan sementara kondisi mereka sangat sehat dan tidak ada 'udzur yang memberikan legitimasi pada mereka untuk tidak berpuasa adalah orang-orang yang sudah kehilangan rasa malu terhadap Allah dan rasa takut terhadap para hamba-Nya, otak-otak mereka telah dipenuhi oleh pembangkangan, hati mereka telah dipermainkan dan disentuh oleh syaithan dan gelimang dosa.
Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak berpuasa tersebut, berarti mereka telah menghancurkan salah satu dari rukun-rukun dien ini. Mereka adalah orang-orang yang fasiq, kurang iman dan rendah derajat. Kaum Muslimin akan memandang mereka dengan pandangan hina. Mereka termasuk para pelaku maksiat yang besar dan kelak di hari Kiamat, siksaan Allah Yang Maha Perkasa Lagi Kuasa telah menunggu mereka.

Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu, nau'ûdzu billâhi min dzâlik. Wallahu a'lam.

(Diambil dari buku ash-Syiyâm; Ahkâm Wa Adâb karya
Prof.Dr.Syaikh 'Abdullah ath-Thayyar, h.109-111)

Rabu, 04 Maret 2009

ENAK AJA NGOMONG!!

Ass..
Kini telah bermula sesi pengkuliahan, minggu pertama menjadikan para mahasiswa menganggap suatu minggu yang amat penting bagi mereka. Akan tetapi tidak begitu pada mahasiswa uin, karena bagi mereka adalah peluang amat berharga untuk memanjangkan minggu cuti, karena banyak hal yang bisa dilakukan pada hari tersebut bagi mengukir sejarah dalam kehidupan yang mungkin barangkali tidak bisa dibuat pada hari-hari lain. Sementara itu, mahasiswa telah diberi peluang dan telah ditetapkan oleh lembaga akademik bahwa tidak akan diberi masuk ujian jika yang melebihi 3 kali ponteng. Maka mahasiswa menganggap ini adalah suatu yang enteng. Kembali pada tajuk utama yang akan kita kasi tahu pada teman-teman. Hari ini merupakan hari pertama dalam kelas, anak-anak ushuluddin sekali lagi didedahkan dengan perkara yang amat baru untuk diterima, selama ini kita belajar mengikut al-qur'an dan sunnah, tapi disini, kita belajar mengenai ulama'-ulama' baru yang telah dianggap murtad atau keluar dari landasan. Belanda dan Iran suatu negara yang bebas dalam pemikiran so secara tidak langsung kita belajar dan mengkaji tentang metodologi dan pemikiran yang dibawa meraka. Walaupun kita tidak belajar dengan pak dosen yang mengeluarkan pemikiran itu, tapi sudah cukup pusing belajar dengan anak murid mereka kelahiran Mc Gill-Belanda. Ketika dosen membahas tentang ideology guru mereka iaitu Orientalis mengenai orang luar mengkaji islam dalam mata kuliah Kajian Orientalis Terhadap al-Qur'an Dan Hadits, kita terkejut bangat karena dosen berani meremehkan dosa pahala yang dianggap penting bagi seorang muslim. Karena dosa-lah yang boleh menyebabkan seseorang itu masuk neraka, apa mungkin mereka tidak takut akan neraka, waduhhh...enak aja bermain dengan dosa, bisa dianggap kafir kok..
Kesalahan dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan dan keagamaan termasuk bahaya lidah, bila kesalahan itu bersumber dari ketidaktahuan, Allah masih mungkin akan mengampuninya. Ungkapan pertama yang dilarang karena mengakibatkan syirik. Diriwayatkan bahwa seseorang berkata dihadapan Rasul Saw, “Allah menghendaki dan aku berkehendak” beliau bersabda, ”apakah kau hendak menyekutukan Allah? Yang berkehendak hanya Allah semata” Sementara itu, pada mata kuliah lain semesta lepas dosen itu juga yang mengajar tentang Pendekatan Modern Tafsir Qur'an. Hari pertama aja udah mengajar mengenai kosa kata arab bisa diubah menjadi makna lain berdasar metode yang di bawa oleh orang iran seperti Fazlur Rahman, Faris Essack, Hasan Hanafi dan lain-lain. Jika sudah makna yang ditukar menjadi makna lain yang tidak berlandaskan Ulama' Salaf, makanya semakin pening dan rusak agama islam. Sedangkan mereka juga berani mengkritik keperibadian dan kezuhudan ulama salaf apatah lagi untuk menentang mereka, cukup mudah dan enak bagi mereka untuk menghentam dengan lebih hebat karena mereka sudah tidak ada pedoman dan telah terpesong dari landasan Sunnah dan Jemaah.
Sekali lagi kita telah dibentangkan dengan mata kuliah lain iaitu Semiotik dan Hermeneutik, walaupun dosen lain iaitu kelahiran Indonesia tapi dosen ini juga lebih kurang dengan yang diatas, memang bagi mereka tidak biasa menapis percakapan mereka, karena lisan yang sudah biasa bercakap dengan perkara begitu, ya udah, makanya akan biasa menuturkan begitu. Apa mungkin dosen yang mengajar di Universitas Islam Negeri bisa mengungkapkan dan mempermainkan soal murtad. Seperti dikatakan oleh dosen Tafsir Hadis bapak F**** P*** "bilamana mengkaji tentang hermeneutik, maka kemungkinan kita akan terpengaruh dan bisa jadi murtad, nggak apa-apa kok jika murtad, asal berguna". Ewwahh..sebarangan aja ngomong kayak gitu, emang udah dijamin syurga?munafik?..memutar belitkan kata, makna dan agama. Karena itu, ada hadis menyebut bahwa Rasulullah bersabda "yang paling aku takuti menimpa kepada umatku ialah munafik yang pandai berbicara" insan yang bernama manusia memang tidak lepas dari dosa, kadangkala manusia sering lupa, sehingga sampai tahap mereka menganggap tiada kesalahan jika berbuat sesuatu perkara yang salah menurut al-Qur'an dan Sunnah. Sementara pintu taubat masih lagi terbuka luas bagi manusia, kita berharap agar kita semua dijauhkan dari dosa dan menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat..-belebab goreng.